“Cuit.. cuit.. cuit.. cuit..” alarm dari jam beker kecil di sudut tolet kamarku berbunyi, waktu menunjukkan pukul 04.30 WIB. Dengan malas akupun bangun dari mimpi indahku tentang perjumpaan dengan beberapa artis korea. Segera ku nyalakan lampu kamar dan berjalan menuju tolet. Kuambil sisir yang ada di dalam kotak dan kurapikan rambutku yang berantakan, lalu kujepit rambutku. Setelah merasa cukup rapi, aku membuka jendela kamar yang tertutup tirai panjang warna krem dengan sedikit paduan warna coklat kemerahan, yang masih tertutup lagi dengan tirai warna putih. Lalu dengan segera aku merapikan tempat tidur, aku terhenti sejenak di depan cermin dan berkata “MOS? Huft..”. Dengan wajah melas aku menyeret kaki menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu, lalu melangkah lagi aku ke kamar untuk melaksanakan sholat.
“Danik.. Danik.. tasnya sudah siap? Sapu, Koran dan airnya sudah disiapkan?” Tanya ibuku yang tampak sibuk menggoreng nasi. “Ya allah hari ini MOS I, ingin rasanya aku menghindari hari yang menyebalkan ini! Dandanan yang aneh, seragam yang culun, semuanya serba aneh.” Gumamku pelan. Aku pun menjawab pertanyaan ibuku yang cukup lama aku diamkan, “Iya bu.. sudah. Hanya tinggal 1000 biji matahari di bawah mata sapi dibungkus daun pisang”. “Apa itu? Makanan ya mbak?”. “Biasalah.. istilah dari kakak kelas bu. Itu nasi sama ceplok kok.” Jawabku dengan mengangkat alis mata.
Jam beker berwarna hijau berbentuk apel di sudut toletku menunjukkan pukul 05.30 WIB. Dengan cepat aku mandi, setelah itu aku menuggu ibu untuk didandani ala MOS. Pita sebanyak 22 helai sudah aku siapkan dengan rapi. Rupanya ibuku mengerti sekali apa yang harus beliau lakukan dengan rambutku ini. Dengan cekatan tak ada 10 menit “rambut MOS” ku sudah rapi, sepertinya aku Nampak seperti anak TK. Lalu aku menikmati sarapanku dengan memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Setelah selesai sarapan aku berpamitan dengan ayah dan ibuku.
Sesampainya di sekolah, oh tidak! Berpuluh-puluh murid baru SMA 2 BOJONEGORO datang dengan wajah yang menyimpan penuh sejuta gerogi. Semuanya sama, tas kardus, sandal jepit, sapu, pita dan permen menjadi kelengkapan yang wajib dibawa selama MOS berlangsung.
Di kelas, tampaklah sosok yang aku kenal. Ya.. dia adalah Virgie, di belakang Virgie ada Mira dan Mimbar. Mereka bertiga adalah orang yang aku kenal saat pramos. Senyuman manis dari bibir mereka telah membuatku merasa sedikit lega dengan penderitaan MOS ini. Mira dan Mimbar dulu temanku SMP tapi kami beda ruang jadi belum akrab, sedangkan Virgie dia sering bertemu denganku di warung ayahku.
Kami begitu cepat akrab 1 sama lain, suasana MOS pagi itupun kami nikmati bersama dengan tawa dan canda. Dandanan yang serba aneh tak menghalangi ruang gerak kami untuk sekedar memperagakan hal yang lucu.
Tiba-tiba saja seorang anak yang aneh datang menghentikan candaan kami dan berkata “WOW.. PIYE KI? WES NGGOWO SING DIKONGKON? KENALAN YO? AKU TANTI”. Astaghfirullah hal adzim suaranya mengalahkan speaker masjid. Aku, Mira dan Mimbar memandang dengan tatapan aneh pada anak itu. Yah.. namanya Tanti, anaknya sedikit pendek, agak gemuk, dan hitam manis. Ia pun duduk bergabung dengan kami yang lebih dulu berada di depan kelas X-2.
“Tet.. Tet..” bel sekolah berbunyi, diikuti dengan suara kakak kelas yang keras “Dek.. baris dek baris! Cepat menuju lapangan!”. Dengan cepat kami berempat lari menuju ke lapangan untuk apel pagi. Kegiatan ini dilakukan untuk membuka MOS SMA NEGERI 2 BOJONEGORO tahun ajaran 2009/2010. Apel berlangsung hampir 45 menit. Setelah apel selesai seluruh peserta MOS kembali menuju kelas masing-masing.
Saat istirahat bukanlah waktu untuk mengisi perut yang kosong melainkan untuk mencari tanda tangan sebanyak mungkin dari kakak-kakak OSIS dan MPK. Saat itulah aku mulai merasa akrab dengan penghuni X-2. Tanpa sengaja aku menabrak orang yang tiba-tiba saja menyerobot di depanku, oh.. ternyata dia Arum, temanku 1 SMP dulu. Kamipun jalan berdua untuk meminta tanda tangan. Pada saat itu juga ada Lely dan Nike, ternyata mereka juga penghuni X-2. Aku dan Arum mengetahui karena mereka memakai pita yang sama dengan kami. Warna hitam dan orange.
Hari MOS telah usai sekarang saatnya pelajaran dimulai, pelajaran yang diberikan tak jauh beda dengan pelajaran di sMP dulu. Aku duduk di bangku depan deret ke 2 dari kanan, virgie yang aku pilih untuk jadi teman sebangkuku. Di kelas aku terlihat sedikit canggung untuk berkenalan, tidak banyak yang aku kenal pada saat itu. Tapi dengan seiring waktu berjalan, aku mulai mengenal dan memahami karakteristik penghuni kelas yang berada tepat di depan gerbang masuk. Saat pelajaran berlangsung aku mulai memahami karakteristik dari bapak ibu guru. Mereka punya cara yang berbeda untuk membimbing putra-putrinya. Kakak kelas yang aku tau pun semakin hari semakin bertambah, mereka seniorku jadi aku sedikit lebih sopan dengan mereka. Teman akrabku saat berada di X-2 adalah Virgie dan Arum. Mereka sangat baik denganku. Kelas yang berjumlah 35 siswa ini memiliki ketua suku yang unik, dia adalah Dody. Kelas yang dapat dilihat dari musholla ini cukup kompak, terutama saat ulangan berlangsung :). Sesuatu yang indah dan terkenang adalah saat dimana kami pesta rombong, ini hal yang asing untuk kami lakukan. Tapi semuanya bisa kami atasi.
Saat ini aku sudah menginjak di kelas yang tingkatannya bisa dibilang senior. Ya.. Kelas XI, aku masuk jurusan IPA. Saat melihat di buku dengan sampul berwarna hijau yang berisikan laporan hasil belajar aku merasa sedih, aku bukan anak kelas X lagi, aku sudah menjadi anak kelas XI yang harus berpisah dengan teman yang ku kenal selama setahun ini. Tapi jurusan yang berbeda tak menghalangi kami untuk saling menyatu satu sama lain. Aku menempati ruangan yang cukup bagus dibanding dengan ruangan yang aku tempati saat duduk di kelas paling junior. XI IA 3 lah yang akan menemani hari-hariku belajar selama setahun ke depan. Disini aku tidak asing lagi dengan para peghuninya, karena banyak siswa-siswi yang berasal dari kelas X-2. Mereka adalah Mira, Mimbar, Lely, Anggrek, Rhesa, Murbaut, Andra, Nikke, Fida, dan sang master (M. Yunus). Aku memilih untuk sebangku dengan sahabatku Ollivia namanya, dia aku kenal sejak aku berada di TK. Dikelas XI ini aku berjanji akan lebih baik lagi dan berusaha membanggakan kedua orang tuaku untuk menjadi sosok yang hebat. Terima Kasih teman-teman kalian sudah menemaniku, memberi semangat saat aku terjatuh, membuat hari-hariku yang selalu penuh dengan tawa. Terima Kasih untuk Bapak Ibu guru yang selalu membimbing aku dan teman-teman. Dan terima kasih yang tak pernah berhenti dari bibirku ini untuk kedua orang tuaku.
NURFIA RISHARDANY 30 XI IA 3
aku ingin mencintai mu dengan sederhana
13 tahun yang lalu
0 komentar on "" Ceritaku di smadabo ""
Posting Komentar